Pasca terbunuhnya Habil, bukan main kesedihan Nabi Adam ‘alaihissalam, Isak tangis bertahun-tahun mengiringinya. Hingga akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniainya seorang anak sebagai pengganti Habil. Anak tersebut bernama Syits, maknanya pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena anak itu merupakan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menggantikan Habil.
Setelah Syits menginjak dewasa, Nabi Adam ‘alaihissalam
memberikan kepercayaan penuh kepadanya, segala ilmu yang diraihnya
diajarkan kepada Syits. Bahkan ketika akan meninggal, Nabi Adam ‘alaihissalam memberikan wasiat kepada Syits untuk menggantikan dalam memimpin anak keturunannya untuk beribadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia juga diberi shuhuf (lembaran-lembaran wahyu. Allah Subhanahu wa Ta’ala mentakdirkan keturunannya berlanjut. Semua manusia silsilah keturunannya berasal dari Syits, sedang anak Nabi Adam ‘alaihissalam yang lain punah (tidak berlanjut keturunannya).
Adapun Qabil, Al-Qurthubi menukil dalam Tafsir-nya dan Ibnu Jauzi dalam Talbis Iblis,
bahwa Qabil lari bersama saudara kembarnya ke daerah Adnan di Yaman.
Maka datanglah Iblis menggodanya seraya berkata, “Sesungguhnya kurban
saudaramu dimakan api itu karena ia menyembah api, maka buatlah tungku
dan sembahlah api! Hal itu akan bermanfaat bagimu dan keturunanmu.”
Selanjutnya Qabil membangun rumah penyembahan api, maka dialah yang
mula-mula melakukan penyembahan api, wallahu a’lam.
Namun yang jelas, Qabil adalah makhluk yang pertama kali masuk neraka
dari kalangan manusia. Keturunannya banyak yang membuat kerusakan di
bumi karena didikannya, sebagaimana Allah ceritakan dalam firman-Nya
(artinya),
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَآ أَرِنَا الَّذَيْنِ
أَضَلاَّنَا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا
لِيَكُونَا مِنَ اْلأَسْفَلِينَ
“Dan berkata orang-orang kafir di neraka: “Wahai Robb kami,
perlihatkan kepada kami dua makhluk yang telah menyesatkan kami dari
kalangan jin dan manusia. Keduanya akan kami letakkan di bawah kaki-kaki
kami, supaya keduanya menjadi orang-orang yang rendah.” (QS. Fushshilat: 29)
Para ahli tafsir mengatakan bahwa dua makhluk itu adalah Iblis dari
kalangan jin dan Qabil dari kalangan manusia. Keduanya sebagai pendahulu
dan yang semula-mula mengajak masuk neraka.
Wafatnya Nabi Adam ‘Alaihissalam
Setelah tinggal di bumi selama 960 tahun dan sudah mempunyai banyak keturunan, tibalah saat Nabi Adam ‘alaihissalam bertemu Allah Ta’ala. Ibnu Katsir berkata, “Para ahli sejarah telah menceritakan bahwa Nabi Adam ‘alaihissalam tidak meninggal sehingga ia melihat keturunannya, dari anak, cucu, cicit terus ke bawah yang jumlahnya mencapai 400 ribu jiwa, wallahu a’lam.” (Qoshosh Anbiya: 43)
Allah Ta’ala menceritakan,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم
مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً
“Wahai manusia, bertaqwalah kepada Rabb kalian,
yang mana Dialah yang menciptakan kalian dari jwia yang satu dan
menciptakan dari jiwa itu istrinya dan daripada keduanya, Allah
memperkembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak…” (QS. An-Nisa: 1)
Konon Nabi Adam ‘alaihissalam
jatuh sakit beberapa hari, hingga pada hari Jumat datanglah malaikat
untuk mencabut nyawanya dan bertakziah (mengungkapkan rasa belasungkawa)
kepada pemegang wasiatnya yakni Syits. Ubay bin Ka’ab berkata,
“Sesungguhnya ketika akan datang saat wafatnya Nabi Adam berkata
kepada anak-anaknya, ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya aku menginginkan
buah dari surga.’ Maka pergilah anak-anak Nabi Adam untuk mencarikannya.
Ketika dalam perjalanan mereka bertemu dengan para malaikat yang
membawa kain kafan, ramuan minyak wangi untuk mayat, kapak, cangkul, dan
keranda. Para malaikat itu berkata kepada anak-anak Nabi Adam, ‘Wahai
anak-anak Adam, apa yang kalian kehendaki dan apa yang kalain cari?’
Mereka menjawab, ‘Bapak kami sakit, ia menginginkan buah dari surga.’
Para malaikat berkata, ‘Kembalilah kalian! Sungguh sekarang ini telah
datang keputusan kematian bagi bapakmu.’ Maka datanglah para malaikat
untuk mencabut nyawa Nabi Adam. Dan ketika mereka datang, mengertilah
Hawa akan keperluan para malaikat itu, ia pun segera mendahului mereka
untuk bertemu Nabi Adam agar Nabi Adam minta ditangguhkan pencabutan
nyawanya. Namun Nabi Adam menjawab, ‘Pergilah engkau dariku, sungguh aku
diciptakan sebelummu. Biarkan nyawaku dicabut oleh para malaikat
Rabbku.’ Maka para malaikat itu mencabut nyawa Nabi Adam lalu
memandikannya, mengafaninya, mengolesinya ramuan minyak wangi, lalu
membuat galian kubur serta lahat. Selanjutnya mereka menyolatinya lalu
memasukkannya ke liat kubur dan menempatkannya di lahat. Kemudian mereka
menguruknya, lalu para malaikat itu berkata, ‘Wahai anak Adam, inilah
tuntunan bagi kalain pada orang mati di antara kalian’.” (HR. Thabrani,
8:158, Zawa idul Musnad, 5:136, Ibnu Katsir dan Salim Al-Hilali berkata, “Hadits ini shahih.”)
Kuburan Nabi Adam ‘Alaihissalam dan Hawa
Ahli sejarah memperselisihkan lokasi kuburan Nabi Adam ‘alaihissalam
dan Hawa. Ada yang berkata bahwa keduanya dikubur di gua Gunung Qubais
dekat Masjidil Haram. Yang lainnya mengatakan di Baitul Maqdis
Palestina, karena pada saat banjir melanda seluruh permukaan bumi, Nabi
Nuh memindahkannya ke Baitul Maqdis, wallahu a’lam.
Pendapat yang kuat ialah sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu Fatawa dan Nur ala Darb (kumpulan fatwa ulama Saudi Arabia) bahwa semua kuburan para nabi tidak diketahui keberadaannya kecuali kuburan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang ebrada di Madinah dan kuburan Nabi Ibrahim di Palestina.
Riwayat-riwayat yang menjelaskan keberadaan kuburan para nabi itu
riwayatnya tidak bisa menjadi pegangan dan tidak ada asalnya. Lagi pula,
mengetahui keberadaan kuburan para nabi bukanlah suatu hal yang
dituntut dalam agama ini. Jika hal itu penting, tentu Allah Ta’ala akan menjaga pengetahuan tentangnya pada makhluk-Nya.
Sumber: Majalah Al-Mawaddah, Edisi 9 Tahun ke-1 Robi’ul Akhir 1429/April 2008
Artikel www.KisahMuslim.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !